Kenapa Setiap Perusahaan Harus Implementasikan Disaster Recovery ?

Bukan rahasia bahwa pemulihan bencana menjadi bagian yang lebih besar dari strategi kelangsungan bisnis pada setiap perusahaan. Dengan biaya rata-rata downtime mulai dari Rp. 962 juta untuk perusahaan menengah hingga Rp. 10 milyar untuk perusahaan besar. Sedangkan biaya rata-rata downtime per jam, Rp. 104 juta untuk perusahaan menengah hingga Rp. 9 milyar untuk perusahaan besar. Data dan uptime operasional merupakan misi paling kritis. Ini yang mendorong setiap perusahaan memerlukan strategi pemulihan bencana seefektif mungkin dengan cara yang paling efisien.

Beberapa Bentuk Bencana

Bencana dapat terjadi dalam berbagai bentuk, baik karena faktor alam, maupun karena faktor manusia. Berikut bentuk-bentuk bencana yang dimaksud:

  • Bencana alam seperti gempa bumi dapat mengguncang infrastruktur IT di gedung perkantoran.
  • Banjir parah dapat mengakibatkan kegagalan daya listrik. Terutama - dan biasanya - bagi yang memiliki infrastruktur dan distribusi listrik di basement gedung.
  • Korsleting listrik dapat menyebabkan kebakaran meskipun disediakan deteksi asap dan alat pemadaman, jika infrastruktur IT tidak berada pada gedung khusus maka dapat terkena dampak juga pada akhirnya.
  • Badai topan, seperti yang sering terjadi di Amerika Serikat dan Jepang, ini dapat menghancurkan seluruh gedung. Saat ini beberapa negara bagian di amerika serikat sedang di hantam badai "Matthew" yang telah mengakibatkan 1 juta sambungan listrik terputus. Infrastruktur IT sangat bergantung pada pasokan listrik.
  • Sistem dan perangkat yang sudah terlalu lama di paksakan beroperasi dapat mengakibatkan downtime karena sangat mungkin terjadi kondisi overload. Ini lebih sering menjadi penyebab downtime di banyak perusahaan.
  • Kesalahan konfigurasi dapat terjadi. Contohnya di Indonesia pada kejadian matinya sistem di Bea Cukai, gangguan internet Indonesia karena ada salah satu ISP yang salah konfigurasi, dan sebagainya. Ini juga sering terjadi di beberapa perusahaan di dunia.
  • Kerusuhan seperti demo buruh yang berakhir rusuh juga dapat berisiko pada data center anda.
  • Terkena peretasan. Terutama untuk perusahaan asuransi dan perbankan, terdapat peningkatan usaha peretasan dengan cara berpura-pura sebagai pihak yang sah untuk mengakses suatu sistem dan data. Ada kemungkinan peretasan ke bank akan menjalar ke Asia Tenggara termasuk Indonesia, begitu di Eropa dan Amerika mereka sudah semakin sulit beraksi. Terkadang, aksi peretasan ini dapat menyebabkan kelumpuhan sistem. Oleh karena itu sangat penting anda dapat mendeteksi dini serangan cyber tersebut.
95% perusahaan mengalami downtime bukan karena bencana alam

Apa Yang Diinginkan Perusahaan Dari Penyedia Solusi Disaster Recovery ?

Pada perusahaan kecil, kebanyakan pemulihan bencana membutuhkan waktu 18.5 jam. Perusahaan besar dengan kemampuan financial yang layak, hanya membutuhkan waktu 15 menit dalam pemulihan bencana. Hal ini dapat dimungkinkan dengan penerapan prosedur pemulihan bencana yang mengikuti praktik terbaik dari para pakar berpengalaman.

Berikut apa yang diinginkan oleh para CEO, CIO dan CTO terhadap penyedia solusi pemulihan bencana.
  • 50% menginginkan kehandalan
  • 47% menginginkan keamanan
  • 41% menginginkan kesesuaian dengan Infrastruktur IT yang mereka pakai saat ini
  • 63% menginginkan pemulihan untuk desktop
  • 77% menginginkan pengurangan biaya terhadap seluruh solusi pemulihan bencana
  • 75% menginginkan kemudahan penyebaran dan pengelolaan
  • 64% menginginkan perluasan atau pengembangan pemulihan bencana untuk data center mereka.
Akhirnya kita dapat menyimpulkan bahwa solusi disaster recovery yang dibutuhkan kedepannya adalah :
  1. Biaya terjangkau. Tidak memerlukan investasi yang besar
  2. Kompatibilitas. Cocok untuk VMware, Hyper-V, Docker, Windos dan Linux
  3. Lebih Aman. Dengan enkripsi tiga lapis, sesuai standard ISO 27001
  4. Mudah dan Sederhana. Tidak perlu memencet tombol atau klik, secara otomatis sistem langsung dapat mengalihkan opersional ke infrastruktur di disaster recovery center.

Kriteria Penyedia Fasilitas Data Center Yang Layak untuk Situs Pemulihan Bencana

Selanjutnya kita dapat berpikir, "penyedia fasilitas Disaster Recovery Center yang seperti apa yang dapat benar-benar diandalkan?". Berikut kriterianya..

  1. Memiliki Uptime diatas 99%. Pilihlah data center yang memilki kemungkinan downtime hanya 1.5 jam per tahun. Jika biaya downtime anda Rp. 1 milyar per jam, dan infrastruktur data center di perusahaan anda adalah Tier II dengan kemungkinan downtime 22 jam per tahun. Maka ada kemungkinan biaya downtime anda sebesar Rp. 22 Milyar per tahun. Anda dapat lebih menghemat dengan menggunakan fasilitas data center Tier III yang sudah di sertifikasi oleh uptime institute.
  2. Memiliki Gedung Data Center yang Kokoh dan Aman. Artinya, lokasi data center tersebut berada jauh dari lokasi banjir, memiliki struktur bangunan tahan gempa hingga 8.5 skala richter serta memiliki tingkat pengamanan tinggi baik dari kebakaran maupun hal lainnya seperti akses masuk dan pengamanan fisik.
  3. Memiliki Team Ahli dan Berpengalaman. Lihatlah CTO perusahaan data center tersebut, juga para pengguna data center tersebut siapa saja. Anda dapat menilai kelayakan sebuah situs pemulihan bencana dari hal-hal tersebut. Tentunya waktu pemulihan dalam hitungan menit merupakan tujuan anda menerapkan strategi disaster recovery plan.
  4. Memiliki Fasilitas Kantor Sementara. Saat terjadi bencana, kantor sementara di data center tersebut dapat anda pergunakan untuk tempat kerja anda. Anda dapat memastikan seluruh sistem dan data siap untuk dipulihkan ke lokasi baru.
  5. Memiliki Jaringan Komunikasi dari Beberapa Provider. Saat terjadi bencana, provider internet dan telekomunikasi bisa terkena dampak yang sama dengan perusahaan anda. Dengan redundansi multi-network data center tersebut dapat anda andalkan dalam hal jaringan.
  6. Sertifikasi Fasilitas dan Profesional. Seperti sertifikasi data center dari uptime institute, sertifikasi keamanan ISO 27001, dan sertifikasi para professional.
fasilitas data center untuk persiapan menghadapi bencana

Strategi untuk menghadapi bencana merupakan strategi jangka panjang yang tidak bisa dilakukan secara instan. Untuk itu, setiap perusahaan harus implementasikan disaster recovery plan sedini mungkin. Kita tidak pernah mengetahui pasti kapan bencana tersebut diatas akan datang.


Komentar